"Kebaikan itu tak selamanya lembut dan manis, terkadang ia kasar dan pahit untuk ditelan"

Kebaikan itu harus sesuai tempat dan porsinya


Setiap manusia ingin dihargai, diakui, dan disayangi. Setiap manusia yang melakukan kesalahan ingin dimaafkan. Umumnya manusia pun memaafkan, terlepas maaf itu ikhlas atau terpaksa. Bahkan ketika kesalahan itu mereka ulangi, mereka pun tetap ingin dimaafkan, dimaklumi dan dilupakan.

Namun, apa yang terjadi jika hal itu, terus dan terus berulang?. Apakah kebaikan yang diberikan oleh hati-hati yang tulus justru menjadi pupuk penyubur kesalahan dan kejahatan. Jika memang yang terjadi sekarang ini demikiaan. Maka aku akan menjadi orang yang sangat tega untuk tidak memaafkan dan memaklumi kesalahan mereka. Aku tidak peduli jika mereka mengatakan aku orang yang pemarah.

Lebih baik mana, ketika aku memarahi mereka atas kesalahan yang mereka lakukan. Kemudian mereka sadar bahwa mereka salah, lalu kemudian mereka memperbaiki kesalahan tersebut. Atau aku biarkan kesalahan mereka, dengan terpaksa memaafkan, lalu mereka menganggap bahwa kesalahan yang mereka lakukan adalah sesuatu yang wajar. Kesalahan itu dianggap sesuatu yang manusiawi. Kemudian dilain waktu, kita harus kecewa dengan kesalahan yang berualang.

"Tidak semua kebaikan itu lembut dan nyaman diterima, terkadang ia sangat kasar dan pahit untuk ditelan"

0 komentar:

Post a Comment