SUCIKAN CINTAMU!
Sucikanlah cintamu dengan dua perkara, yaitu al-iffah
dan al-tasami. Berikut penjelasan seorang ustadz mengenai kedua perkara
tersebut:
Al-iffah adalah penjagaan diri manusia dari
perkara-perkara yang tidak halal dan menahan diri dari kesenangan-kesenangan
yang efeknya negatif, serta berusaha untuk membersihkannya. Sebagian ulama
mendefinisikan al-iffah sebagai perkenaan terhadap suatu yang diharamkan
menurut kapasitas yang dikehendakinya.
Al-tasami ialah malampauinya manusia di atas
nalurinya, - bukan berarti menekannya – meluhurkan cita-citanya, menyibukkan
pikirannya terhadap sesuatu yang lebih mulia dan agung dibandingkan berahi,
serta membersihkan nalurinya dengan usaha-usaha fiskal, psikis, atau logika,
sehingga dia menghabiskan waktunya di jalan yang halal.
Kedua perangai tersebut membutuhkan kemauan yang kuat,
berjuang memerangi nafsu dan latihan sedikit demi sedikit hingga sampai pada
kedua perangai tersebut. Malik bin Dinnar pernah berjalan-jalan mengelilingi
pasar kota Bashrah, kemudian dia melihat sesuatu yang menakjubkannya, tapi dia
tidak membelinya dan malah berkata kepada dirinya, “Adakah kau berhasrat?
Demi Allah, aku tidak akan membeli, dan aku tidak mengharamkan kepadamu apa
yang aku lihat kecuali karena kemulianmu atas diriku.”
Benar, jiwa yang mulia adalah jiwa yang kuat, yang tidak ada
sesuatupun yang sanggup menguasai dan menindasnya – termasuk tidak mengharamkan
apa yang dihalalkan oleh Allah.
Para pemilik kedua perangai ini (al-iffah dan al-
tasami), meraka berhak untuk diikuti dan dijadikan sebagai teladan bagi
para remaja, dijadikan sebagai seorang sahabat sejati jika mereka berada dalam
satu masa, atau dijadikan teman melalui jalan membaca dan menghidupkan
cerita-cerita mereka bila mereka adalah orang-orang terdahulu.
Beberapa contoh kisah para pemuda menyempurnakan sifat
kelelakiannya dan nafsu berahinya, dikala jalan-jalan kebejatan dan keharaman datang
menghampiri dan mempermudah mereka, sementara mereka berat untuk menahannya.
Akan tetapi mereka mampu manjaga kehormatannya. Adapun syi’ar mereka adalah “inni
akhafullah”, sesungguhnya aku takut kepada Allah.
Pertama, Yusuf a.s adalah sebaik-baik contoh. Begitu melimpah
fitnah yang menimpa hidupnya, semenjak dia menginjak masa dewasa. Dia adalah
remaja yang masih jejaka dan menjadi seorang pengembara. Seorang pengembara
terkadang akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya di saat ia
masih bersama keluarganya dan ketika masih berada di tanah kelahirannya. Dia adalah
seorang budak yang berada di sisi istri al-Aziz, di rumahnyadan di bawah
kekuasaannya. Sementara istri al-Aziz adalah seorang wanita yang mempunyai
kemulian dan kecantikan, yang menyerahkan dirinya kepada Yusuf dan mengerahkan
segala fantasinya di sana. Saat itu sangat memungkinkan baginya untuk tidur
bersama Yusuf, karena tak ada sesuatu pun yang patut untuk dicemaskan. Suaminya
adalah orang yang impoten. Dia mengancam Yusuf dengan penjara dan
mengucilkannya apabila Yusuf tidak mau melayaninya. Dia menggoda Yusuf dengan
berbagai rayuan dan tipu daya. Namun, karena pertolongan Allah yang meneguhkan
hati Yusuf, sehingga Yusuf lebih memilih di masukkan kedalam penjara yang
membelenggunya dan membiarkan tahun-tahunnya penuh dengan kesulitan yang
teramat berat daripada melayani istri al-Aziz. Yusuf berkata, “Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakannya kepadaku”
Sudah maklum bahwa setiap media dan sebab-musabab itu tidak
akan memberikan manfaat kecuali berkat pertolongan dari Allah, maka jadilah
engkau orang yang mencari pertolongan dan keselamatan kepada Allah. Demikian
firman Allah, “Jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,
tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku
termasuk orang-orang yang bodoh. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan DIa
menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka, Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Q. S. Yusuf: 33-34)
Kedua, Ibnu Hazm menceritakan bahwa ada seorang
pemuda yang rupawan yang ahli ibadah dari daerah Qurthubah pergi membesuk
saudaranya dan menginap di sana. Saat itu, sang pemilik rumah (saudaranya itu)
meniggalkannya. Saudaranya pergi karena ingin menepati janjinya kepada
kawan-kawannya. Sementara itu, istri saudaranya adalah seorang wanita yang
teramat cantik. Kepergian suaminya itu cukup lama, sehingga para peronda pun
sudah menyelesaikan tugas kelilingnya. Setelah menampakkan diri, ia mengajak
tamunya untuk bercinta, “Tak ada orang ketiga bagi mereka kecuali Allah Azza
wa Jalla.”
Lalu pemuda itu merasa prihatin atas perbuatan istri
saudaranya. Kesadaran pun menggugah dirinya untuk tafakkur kepada Allah.
Setelah itu, dia meletakkan dan merenggangkan jemarinya di atas nyala apai yang
ada di depannya. Kemudian dia berkata, “Wahai diriku, rasakan ini! Panas
mana jika dibandingkan neraka jahannam?”
Mungkin dengan begitu dia bisa menakut-nakuti perempuan yang
sedang merayunya. Tapi perempuan itu malah mengulangi ajakannya untuk kedua
kalinya. Hasrat pemuda itu pun semakin bergelora, maka dia kembali meletakkan
jemarinya dia atas api lagi hingga menjelang subuh. Api itu pun benar-benar
telah membakar telapak tangannya. Subhanallah!”
Ketiga, ini adalah kisah yang diceritakan oleh imam
al-Banna tentang seorang pemuda dari golongan Ikhwanul Muslimin, namanya Abdul
Aziz Allaam. Dia bekerja sebagai tukang jahit di kampong militer Negara
Inggris. Kemudian ada seorang istri dari satu pejabat militer bagian lapangan
mengajaknya untuk menyendiri bersamanya di rumahnya. Di tempat itu, sang istri
pejabat memintanya untuk lebih mendekat dan menggaulinya. Kemudian pemuda itu
menasehatinya, manekut-nakutinya dan menolak ajakannya. Melihat pemuda itu
tidak mau melayaninya, ia mengancamnya dengan pasal pelanggaran undang-undang.
Akan tetapi, pemuda itu tetap pada pendiriannya dan dengan lemah lembut ia berkata
kepada istri pejabat, “Inna akhafullah rabbal’alamiin”, sesungguhnya aku
takut kepada Tuhan semesta alam.
Istri pejabat itu pun naik pitam. Kemudian ia pun
meletakkan sebuah pistol di dada sang
pemuda. Melihat kondisinya seperti itu, sang pemuda memejamkan matanya dan
dengan penuh keyakinan, pemuda itu berucap dengan suara yang lantang, “Laa
ilaaha illallah Muhammadurrasulullah.”
Jeritan itu menggetarkan hati istri pejabat, sehingga pistol
yang ditodongkannya jatuh seketika di tanah. Wajahnya menjadi pucat dan hatinya
bingung. Maka ia tak kuasa lagi kecuali mempersilahkan sang pemuda itu keluar
dari tempatnya dengan hati yang hampa.
Keempat, ini adalah contoh dalam bentuk lain, yaitu
ada seorang pemuda yang meninggalkan nafsu berahi yang halal, sehingga hatinya
terpenuhi dengan perasaan yang lebih kuat daripada nafsu dan nalurinya. Dia adalah
seorang pemuda yang baru menikah, yang mendengar panggilan Rasulullah SAW
yang menyerukan untuk keluar melakukan perang Uhud. Dia lebih mendahulukan kemaslahatan agama ketimbang
kenikmatan bulan madu. Dia menyambut panggilan jihad dan menganggap rendah
ajakan bulan madu. Dia adalah seorang sahabat Nabi SAW yang mulia,
namanya Handzalah bin Abi Amir, yang telah menikahi Jamilah binti Ubay pada
malam Jum’at.
Ia hanya menikmati mlam pertamanya saja. Karena di pagi
harinya itu, seorang penyeru menyerukan “Hayya ‘alal jihad”, marilah
kita berjihad. Mendengar seruan jihad, dia pun langsung bersegera menggantungkan
pedangnya (di pinggangnya), memakai baju kerainya (baju perang), dan kewibawaannya
pun semakin bertambah. Kemudian dia berlalu kemedan laga perang Uhud.
Saat itu peperangan telah berkecamuk, maka di sana-sini pun saling bunuh-
membunuh.
Ketika umat islam banyak bermunculan, maka Handzalah pun berperang
dengan semangat juang yang tinggi. Matanya menelisik ke arah barisan orang-orang
musyrik. Kemudian tertangkap oleh matanya sesosok Abu Sofyan. Setelah melihat
Abu Sofyan, maka saat itu juga dia menyerang Abu Sofyan hingga terjungkal di
atas tanah. Ketika hendak menebas leher Abu Sofyan, maka Abu Sofyan
berteriak-teriak memohon bantuan orang-orang Quraisy. Orang-orang Musyrik yang
mendengar teriakan Abu Sofyan, maka mereka pun langsung menyerbu Handzalah dan
menghajarnya dengan tebasan yang mematikan, sehingga Handzalah r.a. pun
akhirnya syahid.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku
melihat para malaikat memandikan Handzalah di antara langit dan bumi dengan air
yang sejuk yang berasala dari baskom perak. Tanyakanlah kepada istrinya, apakah
yang telah dikerjakannya!”
Kemudian para sahabat bertanya kepada istri Handzalah
tentang apa yang telah dilakukan Handzalah sebelum dia terjun ke medan perang.
Sang istri mengatakan, “Dia keluar dalam keadaan berhadas besar ketika
mendengar seruan jihad.”
Rasulullah bersabda, “Karena itulah para malaikat
memandikannya.”
Sebaiknya contoh-contoh yang mulia tersebut menjadi panutan
bagi kalian wahai para remaja, dalam menyibukkan diri pada hukum-hukum islam
dan berhubungan sosial dengan mereka. Mengamalkan hukum-hukum islam dengan
sebaik-baiknya itu lebih berguna daripada menyibukkan diri sendiri dengan
urusan-urusan yang kurang bermanfaat. Suatu hari Allah akan menganugrahkan
kepadamu kedamaian perilaku, ketenangan hati, kesegaran urat syaraf dan Dia
akan membukakan kepadamu kemenangan di dunia dan akhirat.
0 komentar:
Post a Comment